Selasa, 03 Februari 2009

Sedekah Seorang Sopir


Sore setelah hujan lebat mengguyur Jakarta. Genangan air dan kemacetan sudah
menjadi menu setelah hujan. Aku duduk sendiri di dalam mikrolet M 01 ke arah
pasar senen. Pak sopir masih sabar menunggu penumpang lain. Kasihan, dalam
hatiku. Di depan UI ini hanya ada satu penumpang, yaitu aku. Kalo mau jujur,
rasanya mau turun saja dan ganti bis lain yang lebih cepat supaya segera
sampai rumah. Terlepas dari kemacetan Sudirman dan Imam Bonjol, kesabaranku
kembali di uji oleh mikrolet yang sedang ‘ngetem’.

Sepuluh menit berlalu, namun belum ada penumpang lain yang naik mikrolet
ini. Aku beristighfar berulang kali dalam hati, mencoba untuk tidak kesal
pada pak sopir. Kucoba menumbuhkan rasa iba pada pak sopir lebih besar.
Mungkin, pria setengah baya itu belum dapat uang untuk menutupi setoran
apalagi untuk di bawa pulang kepada anak isteri, dan hari telah senja. Adzan
magrib pasti akan berkumandang tak lama lagi. Itulah yang coba aku pikirkan.
Astaghfirullahal ‘adziim…..


Akhirnya, setelah kurang lebih 15 menit, mikrolet mulai jalan. Kuperhatikan
dari belakang, pak sopir menghela napas berat. Mikrolet berjalan pelan
sekali, seakan pak sopir berharap ada serombongan orang berlari-lari dari
belakang minta di tunggu naik. Salemba – pasar Senen bisa di tempuh dalam
waktu kurang dari sepuluh menit, tapi dengan mikrolet ‘keong’ ini, mungkin
jam setengah tujuh baru tiba. Astagfirullah …..

Sampai di depan masjid ARH UI, seorang lelaki menghentikan mikrolet. Di
samping nya berdiri seorang perempuan berjilbab, membawa tongkat kayu, dan
tas. “Pak, turunkan ibu ini di terminal Senen, ya…” kata laki laki yang
ternyata ojek motor. Segera aku sadar, ibu itu tuna netra. Pakaiannya kumal.
Tas yang dibawanya adalah tas plastik hitam. Ku pegang tangannya ketika ibu
itu naik. Mikrolet melaju kembali.

Di tempat duduk penumpang, si ibu merogoh-rogoh tasnya dan mengeluarkan
kantong plastik yang berisi uang. Dia meraba sehelai uang. “ Ini lima
ribu-an bukan?” tanyanya, yang aku tahu pasti di tujukan padaku. “Bukan bu,
itu seribuan” jawabku. Di ambilnya sehelai lagi..” Ini jadi dua ribu, ya
neng? “ Tanya nya lagi. “ iya bu.” Jawabku. “Ini sudah sampai mana? Masih
jauhkah terminal senen?” tanya nya. “Masih bu, ini baru di Sentiong.”
Jawabku. Lalu ibu itu mengetuk ngetuk atap mikrolet, minta sopir berhenti.
“ Saya turun di sini saja.” Pintanya.

Pak sopir menghentikan mikroletnya sedekat mungkin dengan trotoar. Si ibu
memberikan uang dua ribu kepada pak sopir. Tapi pak sopir menolak. “Simpan
saja, bu” kata pak sopir. Tapi si ibu rupanya tak mau gratisan, dia
tinggalkan uang itu di bangku sebelah sopir. “Mba…tolong kasih uang ini ke
ibu itu.” Pak sopir memintaku turun dan menyerahkan uang itu. Kuselipkan
dalam lipatan tangan ibu itu dan cepat cepat naik ke mikrolet sementara pak
sopir langsung injak pedal gas.

Kini aku sendiri lagi, terminal tak jauh lagi. Sampai depan Universitas YAI,
mikrolet berhenti kembali. Serombongan orang naik ke mikrolet dan tak
tanggung tanggung, mikrolet langsung penuh. Bahkan dua kursi di samping
supir pun terisi. Tak sampai tiga menit, akhirnya aku turun di depan
terminal Senen mengantri dengan penumpang lain untuk bayar.

Kulanjutkan perjalanan dengan mikrolet jurusan lain menuju ke rumah. Dalam
perjalanan, aku merenung. Pak sopir tadi bersedekah kepada ibu Tuna netra,
walaupun ia tidak dalam keadaan lapang. Dan Allah, langsung menggantinya
dengan penumpang penumpang lain yang sampai memenuhi mikrolet. Padahal jarak
YAI dan Senen sangat dekat. Karena hampir setiap hari aku lewat daerah ini,
aku tahu biasanya tak ada lagi penumpang, apalagi jumlah mikroletnya banyak
sekali hingga kadang berjalan beringan. Tapi hari itu bukan hari biasa
bagiku. Allah memberi pelajaran bagi orang yang mau membuka hati dan
pikirannya. Allah membalas sedekah pak sopir kepada ibu tuna netra tadi
TUNAI, saat itu juga. Dan Allah membuatku menyaksikannya agar semakin tunduk
hati ini, semakin yakin akan janji dan jaminan NYA. Subhanallah ………

1 komentar:

Elsa mengatakan...

Allah menunjukkan kebesaranNYa setiap saat, jika kita 'mau' melihat.

nice story!